Kata Pengantar
Segala Puji bagi ALLAH. Atas
Karunia-Nya terpelihara kesehatan , keselamatan, dan nikmat kebahagiaan.
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
Transformator dengan waktu yang agak cukup lama. Guna memenuhi tugas mata
kuliah
Mesin
arus searah ( DC ) III (B). Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih terhadap
pihak-pihak yang bersedia memberikan ilmu baik secara tertulis maupun
lisan. Pada penyusunan makalah ini,saya berharap semoga makalah ini akan
berguna nantinya. Sebagai acuan ataupun
pembelajaran
dalam pendidikan yang membahas mengenai transformator. Saya menyadari pada pembuatan makalah ini pastilah banyak
kekurangan.dalam penyusunan.Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca. Agar saya dapat berbenah agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Penyusun,
17
desember 2013
ROBI
DAFTAR
ISI
BAB 1……………………………………………………………………1
KATA
PENGANTAR
BAB II. …………………………………………………………………3
PENDAHULUAN
BAB III. ………………………………………………………………..5
1.Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa………………………………5
a) Pengasutan dengan primary
resistors (rheostat)………………..
b) Pengasutan dengan
auto-transformator ……………………….
c) Pengasutan
bintang - segitiga (Y - Δ)…………………………
d) Pengasutan dengan tahanan rotor (rheostat),
khusus untuk motor tipe rotor belitan…………………………………………………………..
2. Pengereman Pada Motor Listrik………………………………11
a.
Pengereman
Dinamik (Dynamic Breaking)..............................
b. Metode pengereman secara
plugging…………………………
BAB IV. …………………………………………………………….16
KESIMPULAN
BAB V………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dunia kerja sekarang ini, banyak
sekali industry menggunakan motor untuk pengoperasiannya. Kebanyakan motor yang
digunakan adalah motor induksi. Salah satu aplikasi motor induksi di industri
adalah untuk menggerakkan conveyor. Kelancaran akan sistem produksi di industri
sangat ditentukan oleh kinerja dari motor induksi. Motor induksi yang sering
digunakan adalah motor induksi 3 fasa. Motor ini memiliki kelebihan dari segi
teknis dan segi ekonomis. Segi teknis, motor ini memiliki daya yang besar,
konstruksi yang sederhana, kokoh dan perawatannya yang mudah, sedangkan dari
segi ekonomis, motor ini memiliki harga yang murah sehingga motor induksi mulai
menggeser penggunaan motor dc dalam dunia industri. Namun dalam kenyataannya,
motor induksi paling banyak
menimbulkan
goncangan tegangan (flicker) dan arus awal (starting) yang besar
(5–7 kali I nominal). Hal ini akan menyebabkan drop tegangan yang besar pada
pasokan tegangan PLN. Untuk motor dengan daya kecil, arus starting
tidak terlalu
berpengaruh terhadap drop tegangan, sedangkan untuk motor dengan daya yang
lebih besar akan menyebabkan drop tegangan yang besar pula dan
menurunkan
kualitas listrik yang berpengaruh pada penerangan yang berkedip serta hentakan
motor yang mengakibatkan motor cepat rusak. Selain itu, untuk motor berdaya
besar, waktu berhenti putaran motor relatif lama. Hal ini menyebabkan proses
produksi di industri mengalami penurunan. Salah satu alternatif untuk mengatasi
kekurangan motor induksi adalah menggunakan metode pengasutan. Sistem pengasutan
sekarang ini telah banyak digunakan secara luas karena memiliki kelebihan antara
lain menurunkan arus starting yang
besar. Dengan arus starting yang
lebih rendah, maka drop tegangan PLN tidak terlalu besar dan kualitas listrik
menjadi lebih baik serta motor tidak akan cepat rusak.
Selain itu,
dengan menggunakan metode pengereman, untuk motor berdaya besar waktu berhenti
putaran motor lebih cepat sehingga proses produksi di industri dapat
berproduksi sesuai dengan target. Seiring dengan berkembangnya teknologi,
banyak industri yang menuntut sistem pengoperasian motor yang murah dan mudah,
khususnya untuk motor induksi. Pengoperasian yang mudah dan murah yaitu
menggunakan komputer, terutama komputer jenis PC. Beberapa keunggulan
komputer dalam
mengoperasikan motor induksi adalah dapat dikendalikan dari jarak jauh, real-time,
dan mudah pengawasannya. Dari fenomena tersebut dan dampak yang ditimbulkan
seperti diatas melatarbelakangi pentingnya dilakukan perancangan suatu alat
khususnya untuk menurunkan arus starting motor dan waktu berhenti motor lebih
cepat dengan sistem pengoperasian yang lebih efektif. Penelitian mengenai
pengereman dinamik pada motor induksi tiga fasa dengan menggunakan metode Direct
On Line (DOL) pernah dilakukan. Dari penelitian ini dapat diperoleh
kesimpulan bahwa waktu berhenti motor induksi dengan pengereman dinamik
berkurang jika arus injeksi dc dan beban lampu bertambah besar. (Mas Anantha
Budhy Prakosa, 2006)[1]. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Reza Fakhrizal
(2007)[3], yang bertujuan untuk mengetahui kinerja system pengaturan
menggunakan PLC pada sistem pengasutan dan proteksi bintang (Y) segitiga ()
motor induksi tiga fasa 1 HP baik dalam kondisi normal maupun tidak normal (ada
gangguan).
Pengasutan & pengereman Motor Induksi 3 Fasa
1.Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa
Pada motor induksi yang diam apabila tegangan
normal diberikan ke stator maka akan ditarik arus yang besar oleh belitan
primernya. Motor induksi saat dihidupkan secaralangsung akan menarik arus 5
sampai 7 kali dari arus beban penuh dan hanya menghasilkan torsi 1,5 sampai 2,5
kali torsi beban penuh. Arus mula yang besar ini dapat mengakibatkan drop
tegangan pada saluran sehingga akan mengganggu peralatan lain yang dihubungkan
pada saluran yang sama.
Untuk mengurangi besarnya arus pengasutan
pada motor, ada beberapa metoda pengasutan motor induksi yang biasa digunakan,
yaitu :
Ø Pengasutan dengan primary
resistors (rheostat)
Ø Pengasutan dengan
auto-transformator
Ø Pengasutan bintang -
segitiga (Y - Δ)
Ø Pengasutan dengan
tahanan rotor (rheostat), khusus untuk motor tipe rotor belitan.
a.
Pengasutan Motor Induksi Tiga Fasa Metode
Bintang–Segitiga (Y-Δ)
Secara umum, pengasutan motor induksi dapat dilakukan baik dengan cara menghubungkan
rotor secara langsung ke rangkaian pencatu atau dengan menggunakan tegangan
yang telah dikurangi ke motor selama periode pangasutan. Pengendalian yang digunakan untuk pengasutan
motor pada kedua metode tersebut dapat dioperasikan secara manual atau secara
magnetik.
Sistem pengasutan bintang segitiga adalah metode
pengasutan dengan pengurangan tegangan. Sebuah motor induksi dengan hubungan
bintang - segitiga memiliki enam buah terminal sehingga dapat diswitch,
baik untuk hubungan bintang atau segitiga. Motor dihubungkan bintang (Y) pada
waktu pertama kali di-start, dan ketika motor telah mendekati kecepatan
normal, hubungan diubah menjdi hubungan segitiga (Δ).
Saat terhubung bintang, tegangan masing-masing
fasa dikurangi sebesar 1/√3 (57,7 % tegangan saluran) karena itu torsi yang
timbul menjadi 1/3 dari apabila motor langsung terhubung delta. Arus saluran
dikurangi sebesar 1/3.
dimana : Isc = arus start
bila motor terhubung Δ
Ist = arus start bila motor terhubung Y
Pada pengasutan ini selama periode start lilitan
motor akan berada dalam hubungan bintang dan setelah selang waktu tertentu akan
berpindah ke hubungan lilitan delta. Dengan cara ini kenaikan arus start dapat
dibatasi hingga sepertiga kali saja dibandingkan bila motor langsung terhubung
delta.
Gambar berikut memperlihatkan rangkaian daya dan
rangkaian kendali pengasutan star – delta.
Rangkaian kendali pengasutan dengan cara ini
disuplai oleh tegangan 220 Volt. Cara kerjanya:
Jika tombol start S2 ditekan, arus mengalir
melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu timer T (NC) – kontak bantu K3 – K1.
Kontaktor magnetik 1 (K1) bekerja dan motor terhubung dalam lilitan bintang.
Saat itu juga kontak bantu K1 (NC) membuka dan kontak bantu K1 (NO) menutup
sehingga arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu K1 (NO) – K2.
Kontaktor magnetik 2 (K2) bekerja dan motor terhubung pada sumber tegangan.
Pada saat yang sama kontak bantu K2 (NO) menutup dan timer T bekerja. Setelah t
detik kontak bantu T (NC) membuka sehingga K1 tidak dilewati arus (K1 tidak
bekerja), kontak bantu T (NC) menutup, arus mengalir melalu F2 – S1 – kontak K2
(NO) – kontak bantu T (NO) – kontak bantu K1 (NC) – K3. Kontaktor magnetik K3
bekerja, motor terhubung dalam belitan delta. Tombol S1 digunakan untuk
melepaskan motor dari sumber tegangan.
b.Pengasutan
Motor 3 Fasa Metode Resistor Primer (Rheostat)
PANGASUTAN MOTOR INDUKSI 3 FASA
METODE RESISTOR PRIMER (RHEOSTAT)
Pada kesempatan ke 6 sesi kontrol
elektromagnetik ini, akan dipelajari mengenai starting motor induksi tiga fasa
dengan pengasutan metode resistor primer dari sumber catu daya tiga fasa.
Pengasutan motor induksi tiga fasa dengan metode resistor primer dapat
dilakukan dengan menggunakan saklar magnetik kontaktor dan tahanan asut yang
diseri dengan belitan stator motor.
Starting motor induksi tiga fasa dengan pengasutan metode resistor primer terdiri
dari tiga buah resistor yang ditempatkan secara seri dengan belitan stator
selama pengoperasian awal motor atau pada saat start. Pada Gambar 1 terlihat
bahwa kontaktor K1 menutup terlebih dahulu dan pada saat motor telah hampir
mencapai kecepatan sinkron, sedangkan kontaktor K2 menghubungkan
resistor-resistor pengasutan. Cara ini memberikan start motor yang sangat halus
tanpa ada sama sekali kejutan mekanik, dan dapat memperkecil arus start yang
mengalir pada motor atau dapat mengurangi kejutan listrik pada motor
Tegangan jatuh pada semua resistor pada awalnya tinggi namun
berangsur-angsur berkurang selama motor menambah kecepatan dan arus turun,
sehingga tegangan pada terminal motor bertambah dengan demikian kecepatan motor
bertambah.
Dalam pengasutan metode resistor primer ini terdapat komponen utama yaitu
kontaktor K1 dan K2 sebagai saklar magnetik dan timer sebagai tunda waktu
kontaktor K2. Gambar rangkaian pengasutan dengan metode resistor primer ini
dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 berikut ini :
Gambar 1
Diagram Kontrol Pengasutan Motor 3 Fasa Metode Resistor Primer
Gambar 2
Diagram Utama Pengasutan Motor 3 Fasa Metode Risistor Primer
c. Pengasutan dengan
Autotransformator
Sebuah pengasutan motor dengan Autotransformator merupakan salah satu metode lain yang dapat digunakan untuk mengurangi besarnya arus pengasutan motor dengan jalan mengurangi besarnya tegangan selama proses-proses awal pengasutan karena pengurangan tegangan akan berakibat pada berkurangnya torsi asut maka tegangan akan direduksi secukupnya saja untuk mengurangi arus pengasut, dengan cara memilih tingkat tegangan tertentu di kenal sebagai tapping tegangan. Rangkaian pengasutan dengan autotrafo ditunjukkan pada gambar dengan memposisikan saklar pada posisi mulai (Start) maka akan diperoleh hubungan seri antara belitan-belitan auto trafo, dengan belitan pengasut motor yang terhubung delta. Ketika kecepatan puataran motor telah cukup tinggi, maka saklar dipindahkan ke posisi jalan (Run) yang akan menghubungkan belitan-belitan motor secara langsung ke suplai tegangan 3 fasa. Keuntungan dari metode pengasutan ini ialah hanya memerlukan 3 buah kawat penghantar penghubung antara rangkaian pengasut motor dan rangkaian motor walaupun tidak terlihat di dalam gambar. Pengasut motor ini juga dilengkapi juga dengan peralatan proteksi beban lebih serta proteksi terhadap terjadinya kehilangan tegangan.
Gambar
3. Pengasutan dengan Autotrafo
d. Pengasutan Dengan Tahanan Rotor
Untuk melakukan
pengasutan motor dalam kondisi berbeban umumnya digunakan motor induksi dengan
jenis rotor belitan karena memberi kemungkinan untuk melakukan penyambungan
rangkaian rotor dengan tahanan luar melalui cincin slip dan sikat untuk meningkatkan
torsi asut motor. Pada saat awal pengasutan motor, resistansi rotor luar adalah
bernilai maksimum, kemudian seiring dengan meningkatnya putaran motor,
resistansi rotor luar ini dikurangi secara bertahap hingga pada saat kecepatn
penuh motor tercapai nilai resistansinya adalah nol dan motor bekerja normal
sepertin halnya rotor motor sangkar. Rangkaian pengasut motor ini dilengkapi
juga dengan peralatan proteksi beban lebih, proteksi terhadap terjadinya
kehilangan tegangan serta system interlocking untuk mencegah terjadinya
pengasutan motor dalam kondisi pengasutan motor dalam kondisi resistansi rotor
tak terhubungkan. Rangkaian seperti pada gambar, tetapi rangkaian proteksinya
tidak ditunjukkan.
Gambar
4. Pengasutan dengan Tahanan Rotor
2. Pengereman
Pada Motor Listrik
Pengereman
secara elektrik, torsi pengereman dihasilkan berdasarkan nilai arus
injeksi yang
diberikan pada belitan stator. Pada pengereman secara elektrik energi
putaran rotor
diubah menjadi energi elektrik yang kemudian dikembalikan ke suplai daya, atau dengan
memberikan suatu medan magnet stasioner pada stator sehingga putaran rotor akan
berkurang dengan sendirinya, pengereman secara elektrik lebih halus dan tidak
ada hentakan yang terjadi. Pengereman secara elektrik tidak dapat menghasilkan
torsi untuk menahan beban dalam keadaan sudah berhenti dan membutuhkan sumber energi
listrik untuk mengoperasikannya. Pada penggunaan motor Induksi sering
dibutuhkan proses menghentikan putaran motor dengan cepat, terutama pada
aplikasi konveyor. Untuk menghentikan putaran rotor torsi pengereman,
diperlukan yang mana dapat dihasilkan secara mekanik maupun secara kelistrikan.
a.
Pengereman Dinamik (Dynamic
Breaking)
Pengereman ini
dilakukan dengan cara menginjeksikan arus dan tegangan DC pada belitan stator motor
induksi setelah dilepaskan dari sumber tegangan suplai
fasa. Arus
searah yang diinjeksikan pada kumparan stator akan mengembangkan medan
stationer untuk menurunkan tegangan pada rotor dan menghasilkan medan magnet. Medan
magnet akan berputar dengan kecepatan yang sama dengan rotor tetapi dengan arah
yang berlawanan untuk menjadikan stationer terhadap stator. Interaksi medan resultan
dan gerak gaya magnet rotor akan mengembangkan torsi yang berlawanan dengan
torsi motor sehingga pengereman terjadi.
Gambar 2.7 Pengereman
dinamik dengan injeksi arus searah pada motor induksi tiga fasa
Rangkaian
pengereman dinamik menggunakan rangkaian DC chopper buck converter.
Metode
pengereman motor listrik dapat dilakukan secara elektrik,
yaitu dengan metode pengereman dinamis dan metode pengereman pluging. Kedua
metode pengereman motor secara elektrik tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Metode pengereman secara dinamis dan pluging memiliki
tujuan yang sama, yaitu sama-sama bertujuan untuk menghentikan putaran motor
listrik dengan lebih cepat. Secara lebih detil kedua metode pengereaman motor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Metode Pengereman Dinamis
Pengereman yang dilakukan dengan melepaskan jangkar yang berputar dari sumber tegangan dan memasangkan tahanan pada terminal jangkar. Oleh karena itu kita dapat berbicara tentang waktu mekanis T konstan dalam banyak cara yang sama kita berbicara tentang konstanta waktu listrik sebuah kapasitor yang dibuang ke dalam sebuah resistor. Pada dasarnya, T adalah waktu yang diperlukan untuk kecepatan motor jatuh ke 36,8 persen dari nilai awalnya. Namun, jauh lebih mudah untuk menggambar kurva kecepatan-waktu dengan mendefinisikan konstanta waktu baru To yang merupakan waktu untuk kecepatan dapat berkurang menjadi 50 persen dari nilai aslinya. Ada hubungan matematis langsung antara konvensional konstanta waktu T dan setengah konstanta waktu TOBuku ini diberikan oleh :
Metode Pengereman Dinamis
Pengereman yang dilakukan dengan melepaskan jangkar yang berputar dari sumber tegangan dan memasangkan tahanan pada terminal jangkar. Oleh karena itu kita dapat berbicara tentang waktu mekanis T konstan dalam banyak cara yang sama kita berbicara tentang konstanta waktu listrik sebuah kapasitor yang dibuang ke dalam sebuah resistor. Pada dasarnya, T adalah waktu yang diperlukan untuk kecepatan motor jatuh ke 36,8 persen dari nilai awalnya. Namun, jauh lebih mudah untuk menggambar kurva kecepatan-waktu dengan mendefinisikan konstanta waktu baru To yang merupakan waktu untuk kecepatan dapat berkurang menjadi 50 persen dari nilai aslinya. Ada hubungan matematis langsung antara konvensional konstanta waktu T dan setengah konstanta waktu TOBuku ini diberikan oleh :
T_{0}=0,639T Kita dapat
membuktikan bahwa waktu mekanis ini konstan diberikan oleh : T_{0}=\frac{Jn_{1}^{2}}{131.5P_{1}}
To = waktu untuk kecepatan motor jatuh ke satu-setengah dari nilai sebelumnya
[s] J = momen inersia
dari bagian yang berputar, yang disebut poros motor [kg × m]
n1 = awal laju pengereman motor saat mulai [r
/ min]
P1 = awal daya yang dikirim oleh motor ke
pengereman resistor [W]
131,5 = konstan [exact
value = (30 / p) 2 loge 2]
0,693 = konstan [exact value = loge 2]
Persamaan ini didasarkan pada asumsi bahwa
efek pengereman sepenuhnya karena energi pengereman didisipasi di resistor.
Secara umum, motor dikenakan tambahan akibat torsi pengereman windage dan
gesekan, sehingga waktu pengereman akan lebih kecil dari yang diberikan oleh
persamaan diatas.
b. Metode Pengereman Secara Plugging
Kita
bisa menghentikan motor bahkan lebih cepat dengan menggunakan metode yang
disebut
plugging.
Ini terdiri dari tiba-tiba membalikkan arus angker dengan membalik terminal
sumber
seperti
ditunjukan pada ambar dibawah.
Konfigurasi
Hubungan Amature Dan Sumber DC Es
Di bawah kondisi motor
normal, angker arus / 1 diberikan oleh : I_{1}=(E_{S}-E_{0})IR di mana Ro
adalah resistansi armature. Jika kita tiba-tiba membalik terminal sumber tegangan
netto yang bekerja pada sirkuit angker menjadi (Eo + Es). Yang disebut
counter-ggl Eo dari angker tidak lagi bertentangan dengan apa-apa tetapi
sebenarnya menambah tegangan suplai Eo. Bersih ini tegangan akan menghasilkan
arus balik yang sangat besar, mungkin 50 kali lebih besar daripada beban penuh
arus armature. Arus ini akan memulai suatu busur sekitar komutator,
menghancurkan segmen, kuas, dan mendukung, bahkan sebelum baris pemutus sirkuit
bisa terbuka. Untuk mencegah suatu hal yang tidak diinginkan, kita harus
membatasi arus balik dengan memperkenalkan sebuah resistor R dalam seri dengan
rangkaian pembalikan. Seperti dalam pengereman dinamis, resistor dirancang
untuk membatasi pengereman awal arus I2sampai sekitar dua kali arus beban
penuh. Dengan memasukkan rangkaian, torsi reverse dikembangkan bahkan ketika
angker telah datang berhenti. Akibatnya, pada kecepatan nol, Eo = 0, tapi aku 2
= Eo / R, yaitu sekitar satu setengah nilai awalnya. Begitu motor berhenti,
kita harus segera membuka sirkuit angker, selain itu akan mulai berjalan secara
terbalik. Sirkuit gangguan biasanya dikontrol oleh sebuah null-kecepatan
otomatis perangkat terpasang pada poros motor.
Gambar Kurva Kecepatan Pengereman
Gambar Kurva Kecepatan Pengereman
Lekuk pada gambar
diatas memungkinkan kita untuk membandingkan pengereman plugging dan dinamis
untuk pengereman awal yang sama saat ini. Perhatikan bahwa memasukkan motor
benar-benar berhenti setelah selang waktu 2 To. Di sisi lain, jika pengereman
dinamis digunakan, kecepatan masih 25 persen dari nilai aslinya pada saat ini.
Meskipun demikian, kesederhanaan komparatif pengereman dinamis menjadikan lebih
populer di sebagian besar aplikasi.
KESIMPULAN
Dari penelitian
di dapat bahwa (1) Besar tegangan, arus searah dan momen pengereman yang diinjeksikan
ke motor dapat diatur sehingga motor
tidak berhenti
secara mendadak, (2) pada saat tegangan DC 93 V, maka dibutuhkan sudut pemicu sebesar
15 o untuk menghentikan motor selama 0,5 detik, (3) pada saat tegangan
DC 64 V, maka dibutuhkan sudut pemicu sebesar 75 o untuk
menghentikan
motor dalam waktu 1 dt, (4) pada saat tegangan DC 32 V, maka dibutuhkan sudut
pemicu sebesar 105 o untuk menghentikan motor selama 1,9
dt, (5) pada
saat tegangan DC 0,2 V, maka dibutuhkan sudut pemicu sebesar 175 o untuk
menghentikan motor dalam waktu 4,1 detik.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Abdul Kadir. 1986. Mesin
Takserempak. Jakarta :
Jambatan
3.http://
Instalasi Listrik 2 _.htm
4.http://.
Pengasutan
Motor Induksi 3 Fasa.htm
5.http://
pengasutan bintang segtitiga pada motor 3 fasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar